MAKALAH
SISTEM ENDOKRIN
(ANFIS
INDERA PENDENGARAN)
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK1:
YOGI
CANDRA DIMASTA
ELISABET
ETIK MEYVITA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.
Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam
penyusunan makalah “MAKALAH SISTEM ENDOKRIN (ANFIS INDERA
PENDENGARAN)”. Namun
berkat kerja sama dari anggota kelompok kami serta bimbingan dari dosen
pembimbing, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini di
harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan para pembaca.
Penulis juga tidak lupa
untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan dan doa untuk terselesaikannya makalah ini. Seperti kata
pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari teman-teman, dosen dan para pembaca sekalian demi penyempurnaan makalah
ini.
Demikian sedikit kata dari
kami, semoga makalah ini bermanfaat.
Bandar
Lampung, 14 April 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR
ISI................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang................................................................................................ 1
1.2
Rumusan masalah .......................................................................................... 2
1.3
Tujuan............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.... Anatomi
telinga.............................................................................................. 3
2.2.... Fisiologi
telinga............................................................................................ 10
2.3.... Mekanisme
Pendengaran.............................................................................. 11
2.4.... Kelainan-kelainan
pada telinga..................................................................... 12
BAB
III PENUTUP
3.1.... Kesimpulan................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah. Setiap orang normalnya memiliki lima / panca indera yang berfungsi dengan baik untuk menangkap rangsangan sehingga dapat memberikan respon sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan insting kita. Orang yang cacat indra masih bisa hidup namun tidak akan bisa menikmati hidup layaknya manusia normal. Indera Manusia ada lima sehingga disebut panca indera disertai arti definisi / pengertian, yaitu :
1. Indera Penglihatan
Mata
adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk
gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya
dengan cepat.
2. Indra Penciuman
Hidung
adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu
dari aroma yang dihasilkan.
3. Indera Pengecap
Lidah
adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari
benda-benda yang masuk ke dalam mulut kita. Lidah dapat merespon berbagai jenis
dan macam rasa seperti rasa manis, rasa pahit, rasa asam dan rasa asin.
4. Indera Pendengaran
Telinga
adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di
sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi
di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang
yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga bagian
yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam.
5. Indera Peraba.
Kulit
adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu,
sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit
terdapat reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik yang
banyak terdapat di sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dll.
Apabila
dibagi ke dalam kelompok alat indera, maka dapat kita bagi ke dalam tiga grup
kelompok, yakni :
·
Kemoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap
rangsangan zat kimia yaitu indra pembau (idung) dan indra pengecap
(lidah).
·
Mekanoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap
rangsangan gaya berat, tegangan suara dan tekanan yakni indra peraba (kulit)
dan indra pendengaran (kuping).
·
Photoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap
rangsangan cahaya seperti indra penglihatan atau mata.
Berdasarkan
uraian diatas, maka kami akan membahas salah satu dari alat indera tersebut, yaitu
anatomi dan fisiologi pada indera pendengaran.
1.2. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang akan dibahas pada makalah ini, diantaranya :
a. Anatomi dan fisiologi indera
pendengaran ?
b. Mekanisme terjadinya pendengaran ?
c.
Kelainan atau kerusakan yang terjadi pada indera pendengaran
?
1.3 Tujuan
Makalah
ini di buat dalam memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Selain itu diharapkan agar mahasiswa mampu:
1.
Mengetahui dan memahami panca indera khusunya dalam indera pendengaran.
2.
Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari indera
pendengaran
3.
Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya mekanisme pendengaran.
4.
Mengatahui kelainan yang terdapat pada alat indera pendengaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Telinga
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbangan).Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting
untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Telinga terdiri dari tiga bagian
yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam.
Telinga bagian luar teridiri dari; pinna (daun telinga) dan meatus auditory
eksterna. Telinga bagian tengah merupakan rongga timpani yang berisi tiga
tulang pendengaran yaitu malleus, inkus dan stapes. Sementara telinga bagian
dalam terdapat labirin oseus yang didalamnya terdapat cairan endolimf dan
labirin membran yang diidalamnya terdapat cairan perilimf. Kedua cairan
tersebut berperan sebagai media penghantar agar terjadi proses mendengar dan
untuk keseimbangan.
1.
Anatomi Telinga Luar (Auris Eksterna)
Telinga luar terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis
auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani.
Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus
melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali
lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius
eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal
mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di
meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis
auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 cm. Sepertiga lateral mempunyai
kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial
tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus
berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus,
glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.
Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke
bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.
a.
Aurikula/Pinna/Daun Telinga
Menampung gelombang suara datang dari luar masuk ke dalam
telinga. Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran
telinga ke gendang telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi
oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar.
b. Meatus Akustikus
Eksterna/External Auditory Canal ( Liang Telinga )
Saluran penghubung aurikula dengan membrane timpani
panjangnya ±2,5 cm yang terdiri tulang rawan dan tulang keras, saluran ini
mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, khususnya
menghasilkan secret – secret berbentuk serum. Kulit dalam kanal mengandung
kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin
yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit
tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. MAE ini juga berfungsi
sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan temperature yang dapat
mengganggu elastisitas membrane timpani. Fungsi dari daun telinga dan liang
telinga adalah mengumpulkan bunyi yang berasal dari sumber bunyi.
2.
Anatomi Telinga Bagian Tengah (Auris Media)
Telinga tengah merupakan rongga udara diisi dengan tulang
temporal yang terbuka ke udara luar melalui tuba estachius ke nasofaring dan
melalui nasofaring ke lingkungan luar. Tuba
Eustachius ini biasanya tertutup, tetapi selama menelan, mengunyah, dan
menguap ia akan membuka, untuk menjaga tekanan udara pada kedua sisi gendang
telinga tetap sama. Tuba juga berfungsi sebagai drainase untuk sekresi.
Membrana
timpani terletak pada akhir kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral
telinga. Membran ini berdiameter sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya
berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi
udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan
nasofaring melalui tuba eustachii, dan berhubungan dengan beberapa sel berisi
udara di bagian mastoid tulang temporal.
Tiga tulang pendengaran, maleus, inkus, dan stapes, terletak di telinga tengah. Manubrium (pegangan maleus) adalah
melekat pada belakang membran timpani. Kepala dari maleus melekat pada dinding
telinga tengah, dan bagian pendeknya melekat pada inkus, yang pada akhirnya
berartikulasi dengan kepala stapes. Plat kaki pada stapes terpasang oleh
ligamentum melingkar pada dinding jendela oval. Dua otot kerangka kecil, tensor
timpani dan stapedius, juga terletak di telinga tengah. Kontraksi membrane
timpani akan menarik manubrium maleus medial dan mengurangi getaran dari
membran timpani; kontraksi terakhir menarik kaki stapes dari stapes keluar dari
jendela oval.
a.
Membrane Timpani
Membran timpani merupakan selaput gendang telinga penghubung antara telinga
luar dengan telinga tengah, berupa jaringan fibrous tempat melekat os malleus.
Terdiri dari jaringan fibrosa elastic, bentuk bundar dan cekung dari luar.
Membran
timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
danterlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars
flaksida (MembranShrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane
propia). Pars flaksida hanyaberlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan
epitel kulit liang telinga dan bagian dalamdilapisi oleh sel kubus bersilia,
seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi
ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut
umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut
inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut.
Membran
timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus
longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian atas-depan,
atas-belakang, bawahdepan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak
perforasi membrane timpani. Membrane timpani berfungsi menerima getaran
suara dan meneruskannya pada tulangpendengaran.
b.
Kavum Timpani
Rongga timpani adalah bilik kecil berisi udara. Rongga ini terletak sebelah
dalam membrane timpani atau gendang telinga yang memisahkan rongga itu dari
meatus auditorius exsterna. Rongga itu sempit serta memiliki dinding tulang dan
dinding membranosa, sementara pada bagian belakangnya bersambung dengan antrum
mastoid dalam prosesus mastoideus pada tulang temporalis, melalui sebuah celah
yang disebut aditus. Prosesus mastoideus adalah bagian tulang temporalis yang
terletak di belakang telinga, sementara ruang udara yang berada pada bagian
atasnya adalah antrum mastoideus yang berhubungan dengan rongga telinga tengah.
Infeksi dapat menjalar dari rongga telinga tengah hingga antrum mastoid dan
dengan demikian menimbulkan mastoiditis.
c.
Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak di
bagian bawah samping dari kavum timpani. Dilapisi oleh mukosa yang merupakan
lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani. Rongga ini berhubungan dengan
beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang
bawah antrum di dalam tulang temporalis.
d.
Tuba Eustakhius
Tuba
Eusthakius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah menuju naso-faring,
lantas terbuka. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga
dapat diatur seimbang melalui meatus auditorius externa, serta melalui tuba
Eusthakius ( faring timpanik ). Celah tuba Eusthakius akan tertutup jika dalam
keadaan biasa, dan akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian
tekanan udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan
udara dalam atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya
tekanan udara dapat dihindarkan. Adanya hubungan dengan nasofaring ini,
memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam
rongga telinga tengah.
e.
Tulang – Tulang Pendengaran
Tulang – tulang pendengaran merupakan tiga tulang kecil (osikuli) yang tersusun
pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membrane timpani
menuju rongga telinga dalam. Ketiga tulang tersebut adalah malleus, incus dan
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh persendian, otot dan ligament
yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil ( jendela oval dan bulat )
di dinding medial jendela tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga
dalam. Bagian dataran kaki stapes menjejak pada jendela oval, dimana suara
dihantarkan ke telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke luar getaran
suara
·
Malleus, merupakan tulang pada bagian
lateral, terbesar, berbentuk seperti martil dengan gagang yang terkait pada
membrane timpani, sementara kepalanya menjulur ke dalam ruang timpani.
·
Incus, atau landasan adalah tulang yang
terletak di tengah. Sendi luarnya bersendi dengan malleus, berbentuk seperti
gigi dengan dua akar, sementara sisi dalamnya bersensi dengan sebuah tulang
kecil, yaitu stapes.
·
Stapes, atau tulang sanggurdi, adalh tulang
yang dikaitkan pada inkus dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya
yang bulat panjang terkait pada membrane yang menutup fenestra vestibule atau
tingkap jorong.
Rangkaian tulang – tulang ini
berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga
dalam.
3. Anatomi Telinga Dalam (Auris Internal)
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal.
Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis),
begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis)
semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis
semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi
posterior, superior dan lateral terletak membentuk sudut 90 derajat satu sama
lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ akhir
reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Labyrinth terdiri dari dua bagian, yang satu terletak dalam
yang lainnya. Labirin tulang adalah serangkaian saluran kaku sedangkan
didalamnya terdapat labirin membran. Di dalam saluran ini, dikelilingi oleh
cairan yang disebut perilymph, adalah labirin membran. Struktur membran lebih
kurang serupa dengan bentuk saluran tulang. Bagian ini diisi dengan cairan yang
disebut endolymph, dan tidak ada hubungan antara ruang yang berisi endolymph
dengan ruangan yang dipenuhi dengan perilymph.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar
3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, labirin membranosa
terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung
dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin
membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis, duktus
koklearis, dan organan korti. Labirin membranosa berisi cairan yang dinamakan
endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan
endolimfe dalam telinga dalam. Banyak kelainan telinga dalam terjadi bila
keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan
telinga dalam di dalam kanalis dan merangsang sel-sel rambut labirin
membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang
vestibular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan
percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan
aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di
dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akustik), yang muncul dari
koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis
semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus
kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius
internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius
internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.
a.
Koklea
Bagian
koklea dari labirin adalah tabung melingkar yang pada manusia berdiameter 35
mm. Sepanjang panjangnya, membran basilaris dan membran Reissner's membaginya
menjadi tiga kamar (scalae). Skala vestibule dan skala timpani berisi perilymph
dan berkomunikasi satu sama lain pada puncak koklea melalui lubang kecil yang
disebut helicotrema. Skala vestibule berakhir pada jendela oval, yang ditutup
oleh kaki stapes dari stapes. Skala timpani berakhir pada jendela bulat, sebuah
foramen di dinding medial dari telinga tengah yang ditutup oleh membran timpani
fleksibel sekunder. Skala media, skala koklea ruang tengah, kontinu dengan
labirin membran dan tidak berkomunikasi dengan dua scalae lainnya. Skala ini
berisi endolymph.
b.
Vestibulum
Vestibulum
merupakan bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini membuka fenestra
ovale dan fenestra rotundum dan pada bagian belakang atas menerima muara
kanalis semisirkularis. Vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus,
utrikulus, dan kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung macula
yang yang diliputi oleh sel – sel rambut. Yang menutupi sel – sel rambut ini
adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini
terdapat pula otolit yang mengandung lapisa kalsium dan dengan berat jenis yang
lebih besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi maka gaya dari otolit
akan membengkokan silia sel – sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada
reseptor.
c.
Kanalis Semisirkularis
Di setiap
sisi kepala, kanal-kanal semisirkularis tegak lurus satu sama lain, sehingga
mereka berorientasi pada tiga ruang. Di dalam tulang kanal, kanal-kanal membran
tersuspensi dalam perilymph. Struktur reseptor, yang ampullaris crista,
terletak di ujung diperluas (ampula) dari masing-masing kanal selaput. crista
Masing-masing terdiri dari sel-sel rambut dan sel sustentacular diatasi oleh
sebuah partisi agar-agar (cupula) yang menutup dari ampula. Proses dari sel-sel
rambut yang tertanam di cupula, dan dasar sel-sel rambut dalam kontak dekat
dengan serat-serat aferen dari divisi vestibular dari syaraf vestibulocochlear.
2.2 Fisiologi Telinga
Secara
umum, kenyaringan suara berhubungan dengan amplitudo gelombang suara dan nada
suara dengan berhubungan frekuensi (jumlah gelombang per unit waktu). Semakin
besar amplitudo, makin keras suara, dan semakin besar frekuensi, semakin tinggi
nada suaranya. Namun, pitch juga ditentukan oleh faktor-faktor kurang dipahami
lain selain frekuensi, dan frekuensi mempengaruhi kenyaringan, karena ambang
pendengaran lebih rendah di beberapa frekuensi dari yang lain.
Amplitudo
dari gelombang suara dapat dinyatakan dalam perubahan tekanan maksimum pada
gendang telinga, tetapi skala relatif lebih nyaman. Skala desibel adalah skala
tertentu. Intensitas suara dalam satuan bels adalah logaritma rasio intensitas
suara itu dan suara standar. Sebuah desibel (dB) adalah 0,1 bel. Oleh karena
itu, intensitas suara adalah sebanding dengan kuadrat tekanan suara.
Bagian-Bagian Telinga
Telinga manusia dapat dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam.
1. Telinga bagian luar
Telinga bagian luar terdiri atas:
a. Daun telinga yang berfungsi
menampung getaran
b. Saluran telinga luar atau lubang
telinga yang berfungsi menyalurkan getaran
c. Kelenjar minyak yang berfungsi
menyaring udara yang masuk sebagai pembawa gelombang suara
d. Membrane timpani atau selaput
gendang yang berfungsi menerima dan memperbesar getaran suara
2.
Telinga bagian tengah
Telinga bagian tengah terletak
dibagian dalam membrane timpani fungsi telinga tengah adalah untuk meneruskan
getaran suara dari telinga bagian luar
ke bagian dalam.
a. Saluran euthacius berfungsi untuk
mengurangi tekanan udara di telinga tengah sehingga tekanan udara di luar dan
didalam akan sama.
b. Tulang pendengaran berfungsi
mengantar dan memperbesar getaran suara di dalam.
Tulang pendengaran ada tiga yaitu tulang martil, tulang
landas, dan tulang sangurdi. Tulang-tulang ini menghubungkan gendang telinga
dan tingkap jorong.
3.
Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam berfungsi untuk
mengantarkan getaran suara ke pusat pendengaran oleh urat pusat. Susunan
telinga dalam:
a. Tingkap jorong berfungsi sebagai
menerima dan menyampaikan getaran suara
b. Rumah siput berfungsi sebagai
menerima, memperbesar dan menyampaikan ke saraf pendengaran. Didalam saluran
limfe ada cairan limfe dan ujung-ujung saraf pendengaran.
c. Tiga saluran setengah lingkaran
berfungsi sebagai alat untuk mengatur posisi tubuh dan menjaga keseimbangan.
2.3 Mekanisme
Pendengaran
Mekanisme sampainya suara
pendengaran dapat melalui 2 cara yaitu dengan air condaction dan bone
condaction.
1.
Air conduction.
Gelombang suara dikumpulkan oleh
telinga luar, lalu disalurkan ke liang telinga , menuju gendang telinga dan
kemudian gendang telinga bergetar untuk merespon gelombang suara yang
menghantamnya “kemudian” getaran ini mengakibatkan 3 tulang pendengaran(
malleus, stapes, incus ) yang secara mekanis getaran dari gendang telinga akan
disalurkan menuju cairan yang ada di koklea. Getaran yang sampai ke koklea akan
menghasilkan gelombang sehingga rambut sel di koklea bergerak. Gerakan ini
merubah energy mekanik menjadi energy elektrik ke saraf pendengaran (auditory
nerve, saraf VIII ( saraf akustikus ) yang nantinya akan menuju ke pusat
pendengaran di otak bagian lobus temporal sehingga diterjemahkan menjadi suara
yang dapat dikenal di otak
2.
Bone conduction
Getaran suara berjalan melalui
penghantar tulang yang menggetarkan tulang kepala, kemudian akan menggetarkan
perylimph pada skala vestibuli dan skala tympani dan akhirnya getaran itu
dikirim dalam bentuk impuls saraf ke saraf-saraf pendengaran.
Penghantaran melalui tulang dapat
dilakukan dengan percobaaan rine, sedangkan penghantaran bunyi melalui tulang
kemudian dilan-jutkan melalui udara dapat dilakukan dengan percobaan weber
Kecepatan penghantaran suara
terbatas, makin tambah usia makin berkurang daya tangkap suara atau bunyi yang
dinyatakan antara 30 – 20.000 siklus/detik
Secara
singkat proses pendengaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
Proses mendengar diawali dengan
ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap
lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris
dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,
lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.
2.4 Kelainan-Kelainan Pada Telinga
Beberapa
penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian bahkan ketulian total.
Bahkan lagi, kebanyakan penyakit pada telinga bagian dalam dapat mengakibatkan
gangguan pada keseimbangan. permasalahan yang terjadi pada telinga kita harus
ditangani oleh dokter spesialis khusus yang disebut otolaryngologist, yang mana
spesialist ini ahli dalam mengobati gangguan yang terjadi pada gendang telinga
sampai pada telinga dalam yang luka akibat benturan fisik. Kelainan pada
telinga, diantaranya :
a. Radang telinga (otitas media)
Penyakit
ini disebabkan karena virus atau bakteri. Gejalanya sakit pada telinga, demam,
dan pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah.
b. Labirintitis
Labirintitis
merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi, gegar otak, dan alergi. Gejalanya antara lain telinga berdengung,
mual, muntah, vertigo, dan berkurang pendengaran.
c. Motion sickness
Mabuk
perjalanan atau disebut motion sickness. Mabuk perjalanan ini merupakan
gangguan pada fungsi keseimbangan. Penyebabnya adalah rangsangan yang terus
menerus oleh gerakan atau getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan, baik
darat, laut maupun udara. Biasanya disertai dengan muka pucat, berkeringat
dingin dan pusing.
d. Tuli
Tuli
atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli
konduktif terjadi disebabkan oleh menumpuknya kotoran telinga di saluran
pendengaran, sehingga mengganggu transmisi suara ke koklea. Tuli saraf terjadi
bila terdapat kerusakan syaraf pendengaran atau kerusakan pada koklea khususnya
pada organ korti.
e. Othematoma
Pada
beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut othematoma
atau popular dengan sebutan ‘telinga bunga kol’, suatu kondisi dimana terjadi
gangguan pada tulang rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan internal
serta pertumbuhan jaringan telinga yang berlebihan (sehingga telinga tampak
berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan oleh hilangnya aurikel
dan kanal auditori sejak lahir.
f. Penyumbatan
Kotoran
telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri
serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan membuang serumen dengan cara
menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi
jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat
infeksi telinga yang berulang, maka tidak dilakukan irigasi. Jika terdapat
perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan
akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan
alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut
serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran
telinga, dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
g. Perikondritis
Perikondritis
adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis
bisa terjadi akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan
sengaja. Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di
sekitarnya (perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke
kartilago, menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan
kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi
perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan. Untuk
membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke
kartilago. Untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral,
sedangkan untuk infeksi yang lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan.
Pemilihan antibiotik berdasarkan beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya.
(medicastore) Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada alat pendengaran kita
ini, misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indera
pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri
atas tiga bagian, yaitu
·
Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
·
Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari
udara ke tulang dan oleh tulang ke telinga dalam.
·
Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls
saraf spesifik yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat.
Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan.
Pendengaran merupakan indera mekanoreseptor karena telinga memberikan respon terhadap getaran gelombang suara yang terdapat di udara. Factor utama yang menyokong kepekaan telinga adalah sistem mekanik dari telinga luar dan telinga tengah, yang satu mengumpulkan suara dan kedua menyalurkan ke telinga bagian dalam.
Telinga dapat mengalami penurunan fungsi pendengaran jika pada salah satu fisiologinya mengalami kerusakan. Salah satunya adalah ketulian yang diakibatkan pecahnya gendang telinga. Oleh karena itu diharapkan dapat menjaga dan selalu merawat indera pendengaran supaya tetap dalam kondisi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Volume 3.
Jakarta:
EGC
Moore KL, Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarata: Hipokrrates.
Guyton, Arthur C, Hall, John E. 2007. Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC
Setiadi. 2007. Anatomi
dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi
Manusia “Dari Sel ke Sistem” edisi 2.
Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar